yuk belajar akuntansi semangat semangat \(^0^)/

Senin, 03 Desember 2012

Istilah2 dan akun2 yang terdapat pada laporan keuangan perbankan


Istilah2 dan Akun2 yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan perbankan:

Neraca (Balance Sheets)
Aset/Aktiva (Assets)
·      Kas (Cash on hand)
·      Giro pada Bank Indonesia (Current accounts with Bank Indonesia)
·      Giro pada bank lain (Current accounts with other banks)
·      Penyisihan penghapusan (Allowance for possible losses)
·      Penempatan pada bank lain (Placements with other Banks)
·      Surat-surat berharga dimiliki hingga jatuh tempo (Marketable securities held to maturity)
·      Surat-surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Security purchased under resale agreements)
·      Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (Related parties)
·      Pihak ke tiga (Third parties)
·      Penyertaan (Investments)
·      Aset tetap (Fixed assets)
·      Akumulasi penyusutan (Accumulated depreciation)
·      Aktiva pajak tangguhan (Deffered tax assets)

Hutang dan Modal (Liabilities and Equity)
Hutang (Liabilities)
·      Giro (Current account)
·      Tabungan (Saving)
·      Deposito berjangka (Time deposits)
·      Kewajiban segera lainnya (Other liabilities payable on demand)
·      Hutang pajak (Taxes payable)
·      Pinjaman yang diterima (Borrowing)
·      Pinjaman subordinasi (Subordinated loans)
·      Dana eskrow (Escrow accounts)
·      Estimasi kerugian komitmen dan kontijensi (Estimated loss on commitments and contingencies)

Modal (Equity)
·      Modal saham (Share capital)
·      Modal dasar (authorized capital)
·      Tambahan modal disetor (Additional paid up capital)
·      Cadangan umum (General reserves)
·      Cadangan khusus (Specific reserves)
·      Laba ditahan (Retained earning


Laporan Perubahan Modal (Statements of Changes in Equity)
·      Penawaran umum terbatas dengan hak  memesan terlebih dahulu (Limitted public offering with preemptive rights)
·      Laba bersih (Net income)
·      Rugi yang belum direalisasi atas surat berharga yang tersedia untuk dijual (Unrealized loss on marketable securities available for sale)
·      Cadangan umum (General reserves)
·      Dividen (Dividend)
·      Laba atau rugi yang belum direalisasi (Unrealized gain/loss)


Laporan Laba Rugi (Statements of Income)
·      Pendapatan dan beban operasional (Operating income and expenses)
·      Pendapatan bunga (Interest income)
·      Provisi dan komisi (Fees and commisions)
·      Beban bunga dan beban lainnya (Interest and other expenses)
·      Laba penjualan aktiva tetap (Gain on sale of fixed assets)
·      Beban umum dan administrasi (General and administrative expenses)
·      Beban tenaga kerja (Personel expenses)
·      Laba bersih sebelum pajak (Income before tax)
·      Taksiran pajak (Provision for income tax)
·      Beban pajak kini (Current tax)
·      Pendapatan pajak tangguhan (Deffered tax income)
·      Laba/rugi bersih (Net loss/income)
·      Laba bersih per lembar saham (Earning per share)

Selasa, 06 November 2012

Audit Internal

Audit (auditing) adalah suatu proses yang sistematis dengan mengumpulkan serta mengevaluasi bukti yang diperoleh secara objektif mengenai aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh seseorang yang independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Audit internal (internal auditing) menurut The Institute of Internal Auditor (IIA) adalah suatu aktivitas independen dalam menetapkan tujuan dan merancang aktivitas konsultasi (consulting activity) yang bernilai tambah (value added) dan meningkatkan operasi perusahaan. Dengan demikian audit internal dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuan dengan cara pendekatan yang terarah dan sistematis untuk menilai dan mengevaluasi keefektifan manajamen resiko (risk management) melalui pengendalian (control) dan proses tata kelola yang baik (governance processes)

Pada umumnya Audit dibagi 3 menurut Boynton dan Kell (2003: 6)
1. Audit laporan keuangan (financial statement audit), berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tsb telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria GAAP.
2. Audit kepatuhan (compliance audit), berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan.
3. Audit operasional (operational audit), berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan.



Contoh soal kasus audit internal
Contoh 1
Ricky pemilik perusahaan R.A.F.A meminta kantor akuntan Indah & Co yang dipimpin oleh Indah yang merupakan teman dekat saudara Ricky untuk mengaudit perusahaan R.A.F.A sebagai syarat untuk mengajukan kredit ke Bank Kalsel. Indah menugaskan 3 mahasiswanya sebagai asisten untuk menguji ketelitian perhitungan atas catatan akuntansi tanpa harus memahami pengendalian internnya. Berdasarkan laporan asistennya, Indah membuat laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian tanpa menyebutkan kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Ricky meminta Indah agar laporan audit diserahkan dalam waktu 3 minggu dari saat penugasan, dilampiri dengan laporan keuangan ramalan untuk jangka waktu 3 tahun mendatang. Indah menerima penugasan tsb dan meminta bayaran 10juta + 10% dari pinjaman yang diterima dari Bank Kalsel apabila diperoleh. Kedua belah pihak menyetujui penugasan tsb tanpa membuat surat perjanjian.

Soal:
1. Jelaskan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan saudara Indah terhadap standar akuntansi !
2. Tindakan apa yang dapat dilakukan oleh saudara Ricky terhadap pelanggaran tersebut?

Jawab:
1. - Auditor menjadi tidak independen dan objektivitas karena memiliki hubungan akrab dengan kliennya.
    - Menugaskan orang tidak memenuhi standar umum audit untuk melakukan pemeriksaan. 
    - Melakukan audit tanpa memahami pengendalian intern.
    - Membuat opini tanpa menyebutkan kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
    - Di dalam dunia profesional tidak diizinkan seorang auditor untuk meminta persenan atas usaha kliennya.
    - Penugasan audit harus dilegalisasi dengan menggunakan surat perjanjian (norma formalitas).
    - Proses audit tidak dapat selesai dalam waktu 3 minggu dan auditor tidak dapat meramalkan laporan keuangan untuk 3 tahun mendatang.

2. Saudara Ricky dapat menuntut Indah secara pidana karena meminta bayaran yang terlalu besar + persenan 10% yang dapat dikatakan sebagai tindak pemerasan. Sedangkan opini wajar yang diberikan oleh auditor dilakukan tanpa memenuhi standar audit yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.


Minggu, 28 Oktober 2012

Glossology on Bank


Istilah-istilah asing yang sering ditemukan dalam kegiatan usaha perbankan:
  • Call money: Pinjaman harian antar Bank, yang dilakukan ketika Bank dalam keadaan mendesak.
  • Deposits on Call: Deposito berjangka yang pengambilannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan syarat memberitahukan 2 hari sebelumnya kepada pihak Bank.
  • Inkaso: Permintaan nasabah untuk menagih pembayaran suatu surat berharga kepada pihak ke 3
  • Bank Guarantee: Pernyataan tertulis dari Bank yang menyatakan kesanggupan pihak Bank untuk membayar kepada pihak ke 3
  • Safe Deposits Box: Jasa penyimpanan barang-barang dan surat berharga dari nasabah
  • Automated Teller Machine (ATM): Sistem pelayanan nasabah secara elektronik dengan menggunakan komputer yang otomatis
  • Traveller Checks (TC): Cek untuk berpergian ke luar negeri yang penukarannya pada Bank yang ditunjuk
  • Money Market: Transaksi pinjam meminjam uang dalam jangka pendek dengan bunga tertentu.
  • Foreign Exchange: Pertukaran atau jual beli mata uang asing (valuta asing)
  • Capital Market: Jual dan belli saham, obligasi dan derivatif lainnya melalui broker/dealer
  • Custodian Service: Pelayanan Bank untuk menjual dan membeli saham, obligasi, sertifikat dana reksa, dsb.
  • Demand Deposits: Simpanan dana masyarakat pada Bank berupa rekening giro (uang giral)
  • Prudential Banking: Prinsip kehati-hatian yang dilaksanakan oleh Bank untuk membentuk kepercayaan masyarakat terhadap Bank
  • Fresh Money: Penambahan modal Bank dari pemegang saham atau pihak lain apabila Bank mengalami permasalahan permodalan
  • Checking Account: Giro, simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro. 
  • Automatic Roll Over (ARO): Fasilitas perpanjangan deposito secara otomatis yang disediakan oleh pihak Bank atas deposito berjangka.
  • Letter of Credit (LC): Surat kredit berdokumen, satu jasa yang ditawarkan oleh Bank dalam rangka pembelian barang, berupa penangguhan pembayaran pembelian oleh pembeli sejak LC dibuka sampai dengan jangka waktu tertentu sesuai perjanjian. 
  • Kliring: Suatu tata cara perhitungan hutang piutang dalam bentuk surat-surat dagang atau surat berharga dari suatu Bank terhadap Bank lainnya dengan maksud agar penyelesaiannya mudah dan aman serta untuk memperlancar pembayaran giral.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Bank dan Kegiatannya

Secara sepintas jika ditanya what the meaning of Bank kita akan menjawab Bank adalah tempat untuk menyimpan uang atau tempat untuk meminjam uang. Tapi kegiatan Bank sebenarnya bukan hanya untuk menyimpan atau meminjamkan uang. Berikut penjelasan mengenai Bank dan beberapa kegiatan2 usahanya.

Pengertian Bank
Bank adalah salah satu lembaga keuangan. Lembaga keuangan pada dasarnya adalah lembaga yang menghubungkan antara pihak yang memerlukan dana (masyarakat) dan pihak yang mengalami surplus dana (Bank). Lembaga keuangan memiliki 2 kegiatan utama, yaitu penghimpunan dana dari masyarakat dan penyaluran dana kepada masyarakat. Jadi pengertian Bank adalah lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan (saving) dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit (loan) atau bentuk lainnya dalam rangka memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank beroperasi atas dasar kepercayaan. Tanpa ada kepercayaan dari masyarakat maka kegiatan perbankan tidak akan berjalan dengan baik. 

Kegiatan2 usaha Bank
Selain kegiatan utamanya menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, Bank memiliki kegiatan2 usaha lain yang dilakukan secara rutin. Berikut kegiatan2 usaha yang dapat dilakukan Bank secara lengkap:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
2. Memberikan kredit
3. Menerbitkan surat pengakuan hutang
4. Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri atas perintah nasabahnya:

  • Surat-surat wesel
  • Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya
  • Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah
  • Sertifikasi Bank Indonesia
  • Obligasi 
  • Instrumen surat berharga lainnya
5. Memindahkan uang (transfer)
6. Menempatkan dana pada pihak lain, meminjam dana atau meminjamkan dana kepada pihak lain 
7. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dengan atau antar pihak ke 3
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga (safe deposits box)
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk pihak lain berdasarkan suatu kontrak
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga
11. Melakukan kegiatan anjak piutang, kartu kredit dan kegiatan wali amanat
12. Menyediakan pembiayaan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
13. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan ketentuan Bank Indonesia
14. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank dibidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, asuransi, serta lembaga kliring dengan ketentuan Bank Indonesia
15. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. 



Senin, 08 Oktober 2012

Sumber dan alokasi dana Bank


Bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yang menghimpun dana dari masyarakat (receive deposits) dan menyalurkan kredit (make loans) kepada masyarakat yang membutuhkan. Bagi Bank sebagai lembaga keuangan, dana merupakan faktor utama dalam mendukung kegiatan operasionalnya. Dana Bank (loanable funds) merupakan sejumlah uang tunai yang dimiliki Bank atau aktiva lancar yang setiap waktu dapat dicairkan. Uang tunai yang dimiliki Bank tidak hanya berasal dari modal sendiri, tetapi juga berasal dari pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan pada Bank. 

Sumber dana Bank
Menurut Sinungan (1993) dana-dana Bank yang dipakai sebagai alat operasional diperoleh dari berbagai sumber, yaitu:
1. Dana pihak ke satu (modal sendiri)
Dana pihak ke satu adalah modal yang berasal dari pemegang saham. Dalam neraca Bank, dana modal sendiri terdiri dari:
- Modal disetor: uang yang disetor secara efektif oleh pemegang saham pada saat Bank didirikan.
- Agio saham: nilai selisih uang yg dibayarkan oleh pemegang saham baru dibandingkan dgn nominal saham
- Cadangan2: sebagian laba yg disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya.
- Laba ditahan: laba milik para pemegang saham yang diputuskan dalam RUPS utk tidak dibagikan sebagai dividen, namun dimasukkan kembali sebagai modal kerja Bank.

2. Dana pihak ke dua (dana pinjaman dari pihak luar)
Dana pihak ke dua berasal dari pihak luar selain masyarakat, dapat berupa 
- Call money: pinjaman antar bank dengan jangka sangat pendek (harian) yang setiap waktu dapat dibayar kembali.
- Pinjaman biasa antar bank
- Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBK)
- Pinjaman dari Bank Sentral (BI)

3. Dana pihak ke tiga (dana dari masyarakat)
Dana pihak ke tiga yang dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh Bank (bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh Bank). Dana tersebut terdiri atas:
- Giro (demand deposits): simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan cek, bilyet giro dan surat perintah pembayaran lainnya.
- Tabungan (saving): simpanan masyarakat pada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.
- Deposito: simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu
- Deposito berjangka (time deposits): deposito yang dibuat atas nama dan tidak dapat dipindah tangankan.
- Sertifikat deposito: deposito yang diterbitkan atas unjuk & dapat dipindah tangankan atau diperjualbelikan serta dapat dijadikan jaminan bagi permohonan kredit.
- Deposits on call: deposito berjangka yg pengambilannya dpt dilakukan sewaktu2 setelah memberitahukan pihak bank 2 hari sebelumnya.
- Simpanan sementara: simpanan masyarakat yang bersifat sementara.

Alokasi dana Bank
Dana-dana bank yang diperoleh dari pihak ke satu, ke dua dan ke tiga akan digunakan dalam seluruh kegiatan operasional Bank dan dialokasikan dengan menggunakan metode berikut:
1. Gabungan dana (pool of funds approach), semua dana yang masuk digabung menjadi satu, kemudian dialokasikan tanpa memperhatikan jenis, sifat sumber dana, jangka waktu serta biaya dana. 
2. Alokasi aset (Asset allocation approach), sumber dana masing2 memiliki sifat tersendiri sehingga harus diperlakukan secara individu dgn mempertimbangkan karakteristik masing2.

Jenis alokasi dana:
a) Menurut prioritas penggunaan
1. Cadangan primer (primary reserve)
Prioritas utama dalam alokasi dana adalah menempatkan dana untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang pembentukannya dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum, keperluan operasional Bank, penarikan simpanan, permintaan pencairan kredit dari masyarakat, penyelesaian kliring antar Bank dan kewajiban jangka pendek lainnya yang harus segera dibayar.
2. Cadangan sekunder
Alokasi dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek Bank dan sebagai tambahan apabila cadangan primer tidak mencukupi. Kebutuhan likuiditas ini tidak semuanya dapat diperkirakan sehingga ditanamkan dalam bentuk surat2 berharga jangka pendek yg mudah diperjualbelikan.
3. Penyaluran kredit (loan)
Tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang optimal serta menjaga keamanan atas dana yang dipercayakan nasabah di Bank. Fungsi kredit yang diberikan kepada masyarakat adalah untuk meningkatkan daya guna uang dan barang, meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, instrumen untuk menstabilkan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, dsb. Kredit merupakan aktivitas Bank yg paling utama dalam menghasilkan keuntungan yang diperoleh dari tingkat bunga (interest). 
4. Investasi (investment)
Prioritas terakhir dalam alokasi dana Bank yaitu pada investasi portofolio berupa penanaman dalam bentuk surat-surat berharga jangka panjang atau surat-surat berharga yang berlikuiditas tinggi yang bertujuan untuk memberikan tambahan pendapatan dan likuiditas Bank yaitu dalam bentuk obligasi dengan berbagai jenisnya.
Pendapatan yang diperoleh dari investasi dapat  berupa tingkat bunga, capital gain, atau dividen.

b) Menurut sifat aktiva
1. Aktiva non produktif (non earning assets)
- Alat-alat likuiditas Bank (kas, giro pada BI, giro pada bank2 lain, dsb
- Aktiva tetap dan inventaris (tanah, gedung, kantor, komputer, dsb)
2. Aktiva Produkti (earning assets)
- Kredit berjangka pendek, menengah dan panjang
- Penempatan pada bank lain
- Surat-surat berharga 
- Penyertaan modal (penanaman dana dalam bentuk saham)

Sumber: 

Jumat, 06 Juli 2012

Analisis Rasio

Analisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi yang dikandung oleh suatu laporan keuangan. Sebagaimana kita ketahui, laporan keuangan itu mengandung informasi keuangan yang menggambarkan posisi keuangan dan aktivitas perusahaan. Teknik yang digunakan untuk menganalisa laporan keuangan banyak sekali tergantung pada keperluan dari pengguna laporan keuangan tersebut. Namun yang kebanyakan digunakan para analis adalah analisis rasio.

a. Pengertian Rasio Keuangan (Financial Ratio)
"Financial Ratios are useful indicators of a firm's performance and finacial situation. Most ratios can be calculated from information provided by the financial statements. Financial ratios can be used  to analyze trends and to compare the firm's financials to those of other firms. In some cases, ratio analysis can predict future bankruptcy. Financial ratios can be classified according to the information they provide. The following types of ratios frequently are used liquidity ratios, asset turnover ratios, financial leverage ratios, profitability ratios, dividen policy ratios." (www.netmba.com)
Kalo dari bukunya Harahap (2006) mengartikan rasio keuangan sebagai angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laopran keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan.

b. Pengertian Analisis Rasio
Menurut Ir.Kuswadi, Mba, analisis rasio merupakan salah satu cara menganalisis dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam Neraca dan Laporan Laba Rugi perusahaan. Penggunaan analisis rasio hanya akan ada artinya jika ada suatu standar tertentu sebagai pedoman untuk penilaian. Apabila belum ada standar, sebaiknya dikombinasikan dengan analisis komparatif sehingga perkembangan rasio2 tersebut dapat dilihat dari waktu ke waktu. Rasio2 keuangan suatu perusahaan dapat diperbandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis, yang mempunyai skala dan lingkungan yang kurang lebih sama (biar bisa dibandingin secara fair gitu loh..)


  




Sabtu, 30 Juni 2012

TRANSLASI MATA UANG ASING


Pengertian:
Proses pelaporan informasi keuangan  dari satu mata uang asing ke mata uang asing lainnya.

Alasan:
Perusahaan dengan kegiatan operasional luar negeri (perusahaan multinasional) yang signifikan mempersiapkan laporan keuangan konsolidasi (gabungan) yang memberikan informasi kepada pembaca informasi mengenai operasional perusahaan secara global. Untuk dapat memenuhi hal tersebut, laporan keuangan dengan mata uang asing dilaporkan lagi dengan menggunakan mata uang yang digunakan perusahaan induk pada laporan keuangannya melalui translasi mata uang.

Tujuan:
1.    Untuk mencatat transaksi mata uang asing
2.    Memperhitungkan efek perusahaan terhadap translasi mata uang
3.    Berkomunikasi dengan peminat saham asing

Permasalahan:
1.    Nilai relatif mata uang asing tidak pernah stabil
2.    Tingkat variabilitas nilai tukar
3.    Perbedaan metode translasi mata uang asing
4.    Penanganan terhadap kerugian dan keuntungan translasi mata uang asing
5.    Sulit untuk membandingkan dengan perusahaan lain yang menggunakan mata uang berbeda

Translasi dan konversi:
Translasi mata uang asing tidak sama dengan konversi, yaitu translasi mata uang secara fisik. Translasi mata uang asing merupakan translasi sederhana dalam ekspresi moneter, seperti saat neraca menggunakan poundsterling Inggris kemudian disajikan ulang dalam padanannya dolar AS. Tidak terjadi translasi secara fisik, dan tidak ada transaksi yang dapat dihitung seperti pada konversi.

Translasi dan Transaksi:
Perbedaannya yaitu translasi pencatatan pembukuan keuangan dengan menggunakan mata uang asing, namun pada saat penjualan dan pembelian menggunakan mata uang domestik. Sedangkan transaksi, pada saat melakukan penjualan dan pembelian atau pada saat pinjam meminjam menggunakan mata uang asing.

Perhitungan translasi (ni dy nih yang ditunggu2)
Sedikit tentang latar belakangnya. Mata uang pada perdagangan negara-negara utama dibeli dan dijual pada pasar global. Peserta pasar ini seperti bank dan lembaga keuangan lainnya, perusahaan bisnis, individu dan pedagang internasional yang dihubungkan oleh jaringan komunikasi modern. Transaksi mata uang asing bisa terjadi langsung di pasar spot, pasar forward, atau di pasar swap.
Pasar Spot (menggunakan harga yang berlaku saat ini)
Kurs di pasar spot bersifat langsung dan tidak langsung. Pada translasi langsung, kurs menetapkan jumlah unit mata uang domestik yang dibutuhkan untuk mendapatkan unit mata uang asing. Contoh: pada hari yang ditetapkan, 1 rupee India mungkin sekitar $0,02232. Translasi tidak langsung berkebalikan dengan translasi langsung. Contoh: untuk mendapatkan $1 kita membutuhkan 44,8 rupee (1/0,02232).
Nah jika translasi pada neraca, contohnya seperti ini:
Nominal Kas di neraca = 1.000.000 rupee
Maka dicabang AS (ditranslasikan dengan dolar AS dgn menggunakan harga yg berlaku saat ini)
Kas = 1.000.000 X $0,02232 = $22.320 (secara langsung) atau
         1.000.000 X 44,8 rupee= $22.320 (tidak langsung)
Dari perhitungan diatas dibuatkan rumus untuk perhitungan translasi pada pasar spot, yaitu:
Nilai Nominal
Kurs Saat ini

Pasar Forward (menggunakan harga yang berlaku dimasa yang akan datang)
Pada pasar forward, translasi mata uang asing telah ditetapkan untuk masa yang akan datang. Translasi pada pasar forward akan mendapatkan potongan atau premi yang telah ditetapkan dari pasar spot.
Contoh: jika di pasar spot 1 rupee india adalah $0,02232 maka di pasar forward 1 rupee india adalah $0,02462 (harga yang berlaku 6 bulan kedepan), dijual dengan premi 1,9 % di Amerika Serikat.
Cara ngitung preminya:

Kurs Forward -Kurs Spot
X
12
Kurs Spot
n
$0,02462 - $0,02232
X
12
=
0,1982  =  1,9%
$0,02232
6

Pasar Swap
Pada pasar swap pembelian menggunakan metode pasar spot & penjualan menggunakan metode pasar forward atau bisa juga sebaliknya.

Dikembangkan dari sumber: International accounting, (Buku 1 Ed. 6) Frederick D.S. Choi & Gary K.Meek

Jumat, 15 Juni 2012

Beberapa fakta tentang kebijakan dividen

Karna skripsi saya membahas tentang kebijakan dividen. So, saya jadi banyak membaca tentang dividen dari beberapa sumber literatur dan jurnal penelitian terdahulu. Dan dari yang saya baca, setiap penulis memberikan argumen masing2 tentang kebijakan dividen. Beberapa teori juga memberikan argumen masing2 mengenai kebijakan dividen dari berbagai sudut pandang.. Okay, here the arguments..


Abdul Kadir (2010)
Tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen tidak mudah diprediksi. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang sulit dan dilematis bagi manajemen perusahaan (bikin manajemen jadi galau,, hee..). Kebijakan dividen dianalogikan sebagai sebuah puzzle yang berkelanjutan. Penetapan jumlah yang tepat untuk dibayarkan sebagai dividen adalah sebuah keputusan finalsial yang sulit bagi pihak manajemen. Keputusan suatu perusahaan mengenai dividen terkadang diintegrasikan dengan keputusan pendanaan dan keputusan investasinya. Keputusan manajemen perusahaan menahan laba dengan pembagian dividen rendah mungkin disebabkan karena manajemen sangat concern tentang kelangsungan hidup perusahaan, melakukan penahanan laba (retained earning) untuk melakukan ekspansi atau membutuhkan kas untuk operasi perusahaan. 

Amalia (2011),
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang sulit karena pihak perusahaan harus memutuskan apakah harus membagikan bagian keuntungan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen ataukah menahannya dan jika akan dibagikan sebagai dividen, berapa besar bagian keuntungan yang akan dibagikan sebagai dividen tersebut (galau lagi kan.. hee). Semakin tinggi dividen yang dibayarkan, maka investor / pemegang saham akan semakin diuntungkan tapi di sisi lain akan memperkecil laba ditahan, dan makin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan rendah untuk masa mendatang.

Brigham dan Houston (2001)
Jika perusahaan menaikkan DPR maka harga saham akan naik Hal ini dikarenakan kebijakan dividen dapat memberi kesan kepada para investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Arsanda (2011), tetapi sebaliknya jika dividen yang dibayarkan semakin kecil maka akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal finansial perusahaan semakin kuat karena semakin banyak jumlah laba yang ditahan.

Robert Ang (1997),
Investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena dengan stabilitas dividen tersebut dapat meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan, sehingga mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi.


Teori agensi,
 
Jika laba (profit) tidak dibagikan kepada pemegang saham, laba tersebut mungkin akan dialokasikan pada proyek-proyek yang kurang menguntungkan (unprofitable projects) sehingga menguntungkan manajemen perusahaan atau mungkin digunakan untuk keperluan personal. Dengan kata lain pemegang saham lebih menyukai dividen dari pada laba yang ditahan (retained earnings).

Teori signalling
Dividen dianggap sebagai signal bagi investor karena menggambarkan prospek perusahaan di masa mendatang. Dividen diasumsikan sebagai informasi yang didistribusikan secara asimetri antara manajer dan investor, dimana manajer memiliki informasi yang lebih besar daripada investor (memungkinkan para manajer untuk memanipulasi akrual.. bahaya eyy). Dividen yang dijadikan signal dan transmitter of information dapat membantu partisipan pasar untuk menilai kinerja perusahaan. Dividen sebagai signal bagi pihak luar mengindikasikan bahwa  kebijakan dividen mengandung banyak informasi bagi investor sehingga berpengaruh terhadap harga saham.Tetapi ada argumen lain yang lebih masuk akal yaitu dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan atau penurunan harga, tetapi prospek perusahaan yang ditunjukkan oleh meningkat atau menurunnya dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan harga saham (masuk akal juga).

Lintner (1956),
Perusahaan-perusahaan secara umum mengikuti proses yang adaptif dalam kebijaksaanan dividennya. Pihak perusahaan cenderung tidak menurunkan jumlah dividen yang dibayarkan. Bahkan mereka cenderung masih mendistribusikan dividen seperti pada periode-periode sebelumnya walaupun perusahaan tersebut mengalami penurunan laba bersih. Di samping itu pihak perusahaan cenderung meningkatkan dividen bila yakin terjadi peningkatan yang permanen atas laba bersihnya.

Atika Jauhari Hatta (2002),
Berkaitan dengan kebijakan deviden, terlihat bahwa terdapat beberapa pihak yang saling berbeda kepentingan, yaitu antara kepentingan pemegang saham, pemegang obligasi, dan pihak perusahaan itu sendiri. Besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan deviden dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan.



Litzenberger dan Ramaswamy (1979),
Semakin tinggi dividend payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan semakin rendah. Hal ini didasarkan pada pemikiran jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif yang lebih rendah daripada pajak atas deviden, maka saham yang memiliki pertumbuhan yang tinggi akan menjadi lebih menarik dan lebih banyak diminati. Berkaitan dengan clientile effect, terdapat dua kelompok investor, yaitu investor yang lebih menyukai untuk memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk pembagian deviden, namun ada pula investor yang menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi. Dengan adanya dua kelompok tersebut, maka ada kecenderungan perusahaan untuk enggan melakukan perubahan kebijakan deviden. Hal ini disebabkan perubahan kebijakan deviden akan mengakibatkan beberapa investor akan menjual sahamnya, dan sebagai akibatnya harga saham akan mengalami penurunan.

Teori stakeholder Cornell dan Shapiro
Tingkat dari net operating income dari perusahaan dapat dipengaruhi oleh keputusan finansial, seperti rasio pembayaran deviden (deviden-payout ratio). Dengan kata lain kas yang seharusnya digunakan untuk investasi dan nantinya akan memperbesar net operating income perusahaan, akan menjadi berkurang jumlahnya jika digunakan untuk membayar deviden.

Brigham dan Gapenski (1999),
Setiap perubahan dalam kebijakan dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan. Apabila dividen akan dibayarkan semua kepentingan cadangan akan terabaikan. Sebaliknya jika laba ditahan semua maka kepentingan pemegang saham akan uang kas akan terabaikan juga.

Saxena (1999),
Isu tentang dividen sangat penting dengan berbagai alasan antara lain: Pertama, perusahaan menggunakan dividen sebagai cara untuk memperlihatkan kepada pihak luar atau calon investor sehubungan dengan stabilitas dan prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Kedua, dividen memegang peranan penting pada struktur permodalan perusahaan.

Dharmastuti, Stella, dan Eviyanti (2003),
Dalam menetapkan kebijakan dividen, seorang manager keuangan menganalisis sampai seberapa jauh pembelanjaan dari dalam perusahaan sendiri yang akan dilakukan oleh perusahaan dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini mengingat bahwa hasil operasi yang ditanamkan kembali dalam perusahaan sesungguhnya adalah dana pemilik perusahaan yang tidak dibagikan sebagai dividen. Oleh sebab itu, atas dasar pertimbangan antara risiko dan hasil, perlu diputuskan apakah lebih baik hasil operasi tersebut dibagikan saja sebagai dividen ataukah ditanamkan kembali dalam bentuk laba ditahan, yang merupakan sumber dana permanen yg perlu dipertimbangkan pemanfaatannya dalam perluasan & pengembangan usaha perusahaan.

Junaidi (2008), 
Meningkatnya jumlah dividen yang dibayarkan secara tunai akan mengakibatkan rendahnya kemampuan likuiditas perusahaan untuk membiayai operasi. Oleh karena itu diperlukan opsi lain pembayaran dividen dalam bentuk saham atau bentuk aktiva lainnya selain kas. 

Teori Residual
Menurut teori residual dividen, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham hanya jika perusahaan tersebut sudah tidak mempunyai kesempatan melakukan suatu investasi yang menguntungkan, dalam hal ini net present value yang positif.

Menurut Hanafi (2004)
Alasan lain pembayaran deviden adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan deviden, dan sekaligus dapat membuat senang pemegang saham (intinya pemegang saham suka klo ada pemasukan dari investasinya walopun kecil). 
(Akuisisi adalah bentuk pengambil alihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi sehingga mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih tersebut. Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dibanding dengan pihak yang diakuisisi.)

Menurut Damayanti dan Achyani (2006)
Pada umumnya para investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di lain pihak, perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, yang sekaligus juga harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya. Selanjutnya dividen diterima pada saat ini akan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima di masa yang akan datang. Dengan demikian investor yang tidak bersedia berspekulasi akan lebih menyukai dividen daripada capital gain.

So kesimpulannya.. kebijakan dividen menjadi hal sangat penting bagi perusahaan. yah karna kebijakan dividen ini menjadi sinyal bagi investor mengenai kondisi perusahaan. Sehingga bagi manajer perusahaan maupun para investor perlu melakukan analisis terhadap kebijakan dividen dengan melihat dari rasio2 keuangan yang berpengaruh terhdp dividend policy. Dari skripsi yang saya buat, saya meneliti rasio PER dan PBV. En final resultnya bahwa rasio keuangan yang sangat berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio adalah PER yang mengandung informasi mengenai Earning per Share perusahaan. Gimana ga ngaruh coba. Perhitungan DPR aja dihitung dari dividend per share dibagi Earning per Share. Jelas ngaruh kan?? hehehe... jadi maksud hasil penelitian dalam skripsi saya itu, bahwa sesungguhnya.. dengan melihat EPS bisa bantu manajer perusahaan buat bikin keputusan kebijakan dividen (DPR) dan bantu investor untuk melihat kewajaran dividen yang dibagikan. Dengan melihat PER maka diketahui bahwa perusahaan memiliki EPS yang bagus atau mengalami peningkatan yang juga brarti perusahaan memiliki prospek yang bagus dimasa mendatang (as signalling theory),, so patut buat dipertahanin sahamnya. Sekian. Viss..




Kamis, 14 Juni 2012

Kebijakan Dividen (Dividend Policy)

a. Dividen
Menurut Rofelawaty (2006: 108) Dividen adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham. Dividen tersebut dapat berupa uang, skrip (script), saham perusahaan (berupa saham investasi atau barang lainnya). Dividen timbul setelah direksi mengumumkan akan membagikan dividen, dan kebijaksanaan pembagian harus berdasarkan persetujuan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). KUHD pasal 49 menyebutkan bahwa perusahaan boleh membagikan dividen kalau perusahaan tersebut memiliki laba, tetapi tidak setiap perusahaan yang memperoleh laba dapat membagikan dividen. Karena untuk membagikan dividen memerlukan uang atau aktiva lain. Puspita (2009: 34) menyatakan Dividen merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh laba. Laba yang layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah laba setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Karena dividen diambil dari laba bersih maka laba tersebut mempengaruhi besarnya dividen. Semakin besar laba yang diperoleh, maka semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 
  
b. Jenis-jenis Dividen 

Dilihat dari bentuk dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, dividen dibedakan menjadi:
  1. Dividen tunai (Cash Dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai (kas).
  2. Dividen Skrip (Script Dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk skrip (surat tanda hutang).
  3. Dividen saham (Stock Dividend), yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk modal saham perusahaan tersebut.
  4. Dividen Barang (Property Dividend), yaitu dividen yang dibagikan tidak berupa uang tunai atau modal saham tetapi dalam bentuk barang (aktiva tetap) atau investasi (surat-surat berharga).
  5. Dividen Likuidasi (Liquidation Dividend), yaitu dividen yang dibagikan sebagai akibat dilikuditaskannya perusahaan. dividen ini dibagikan dengan tujuan pengembalian modal penyertaan kepada para pemegang saham. Dividen yang dibagikan  adalah selisih antara nilai realisasi aset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya.  
Ada 3 macam tanggal yang relevan dengan dividen yaitu, tanggal pengumuman yaitu tanggal direksi mengumumkan akan membagikan dividen, tanggal pencatatan yaitu tanggal registrasi para pemegang saham, dan tanggal pembayaran yaitu tanggal  pembayaran dividen.
c. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena mempengaruhi kesempatan investasi, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Menurut Intan (2009 : 21) “kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan pihak manajemen untuk menentukan perlakuan terhadap earning after tax (EAT), apakah dibagikan sebagai dividen, diinvestasikan kembali, atau sebagian dividen, sebagian lagi diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan”. Pengalokasian laba yang tepat, sangat penting bagi suatu perusahaan sehingga pertumbuhan perusahaan (rate of growth) dan kesejahteraan para pemegang saham dapat terjamin. Aspek utama dalam kebijakan dividen adalah penentuan alokasi laba (earning) sebagai dividen atau laba ditahan (retained earning). Menurut Purwanti (2009: 2) “dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai. Dan laba ditahan adalah bagian dari laba yang tersedia bagi para  pemegang saham biasa yang ditahan oleh perusahaan untuk diinvestasikan kembali (reinvestment) dengan tujuan untuk mengejar pertumbuhan perusahaan (rate of growth)”. Laba sebaiknya tidak dibagikan seluruhnya sebagai dividen, sebagian harus disisihkan atau ditahan. 

d. Teori Kebijakan dividen

Dalam dunia keuangan, pada dasarnya terdapat 3 konsep tentang kebijakan dividen, yaitu: irrelevance theory, bird in the hand theory, dan tax preference theory.
a. Irrelevance theory
Irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Menurut teori ini, kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham ataupun cost of capital perusahaan. Oleh karena itu, kebijakan dividen menjadi tidak relevan (irrelevant). Teori ini dikembangkan oleh Miller dan Modigliani (1961), yang menyatakan bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh expected earnings dan risiko perusahaan. Nilai perusahaan hanya tergantung pada laba yang diekspektasikan dari aktiva, bukan dari pemisahan laba menjadi dividen dan laba ditahan. Teori ini menganggap bahwa kebijakan dividen tidak membawa dampak apa-apa bagi nilai perusahaan. Jadi, peningkatan atau penurunan dividen oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan.
 
b. Bird in the hand theory
Teori dari Lintner (1962), Gordon (1963), dan Bhattacharya (1979) menjelaskan bahwa investor menyukai pendapatan dividen yang tinggi karena pendapatan dividen yang diterima seperti burung di tangan (bird in the hand) yang mempunyai nilai yang lebih tinggi dan risiko yang kecil daripada pendapatan modal (bird in the bush) karena dividen lebih pasti dari pendapatan modal. Teori ini juga berpendapat bahwa investor menyukai dividen karena kas di tangan lebih bernilai daripada kekayaan dalam bentuk lain. Konsekuensinya, harga saham perusahaan akan sangat ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Peningkatan dividen akan meningkatkan harga saham yang akan berdampak pula pada nilai perusahaan.

c. Tax preference theory
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka berpendapat bahwa karena adanya pajak, maka pendapatan yang relevan adalah pendapatan setelah pajak. Teori ini merujuk kepada pengenaan pajak yang diberlakukan bagi setiap investor yang mendapat capital gain atau dividen. Pada umumnya besarnya pajak yang diberlakukan berbeda, dimana pajak untuk dividen lebih besar dibandingkan pajak untuk capital gain. Para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. Sudah tentu present value (PV) pembayaran pajaknya akan turun. Dengan dua alasan ini (pajak lebih rendah serta dapat ditundakan) maka Litzenberger dan Ramaswamy menyatakan pandangan negatif dividen bagi nilai (value) perusahaan.
Meskipun tiga konsep tersebut dianggap sebagai teori-teori utama mengenai kebijakan dividen, perkembangan ilmu keuangan modern memunculkan pendekatan baru yang lebih relevan dan lebih mampu menjelaskan kebijakan dividen dalam dunia bisnis praktis, yaitu:
a. Signalling theory
            Signalling theory is based on the assumption that information is not equally available to all parties at same time, and that information asymmetry is the rule. Information asymmetries can result in very low valuations or a suboptimum investment policy. Signalling theory states that corporate financial decisions are signals sent by the company’s managers o investors in order to shake up these asymmetries. These signals are the cornerstone of financial communications policy.
Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Tetapi ada argumen lain yang lebih masuk akal yaitu dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan/penurunan harga, tetapi prospek perusahaan yang ditunjukkan oleh meningkat/menurunnya dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan harga saham. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai teori signal atau isi informasi dari dividen (Information Content of Dividend). Menurut teori tersebut, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang. Prinsip signalling ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Hal ini disebabkan karena adanya asymmetric information. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal.

b. Teori Dividen Residual (Residual Theory of Dividends)
Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan merupakan ‘sisa’ (residual) setelah semua usulan investasi yang menguntungkan habis dibiayai.