yuk belajar akuntansi semangat semangat \(^0^)/

Jumat, 15 Juni 2012

Beberapa fakta tentang kebijakan dividen

Karna skripsi saya membahas tentang kebijakan dividen. So, saya jadi banyak membaca tentang dividen dari beberapa sumber literatur dan jurnal penelitian terdahulu. Dan dari yang saya baca, setiap penulis memberikan argumen masing2 tentang kebijakan dividen. Beberapa teori juga memberikan argumen masing2 mengenai kebijakan dividen dari berbagai sudut pandang.. Okay, here the arguments..


Abdul Kadir (2010)
Tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen tidak mudah diprediksi. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang sulit dan dilematis bagi manajemen perusahaan (bikin manajemen jadi galau,, hee..). Kebijakan dividen dianalogikan sebagai sebuah puzzle yang berkelanjutan. Penetapan jumlah yang tepat untuk dibayarkan sebagai dividen adalah sebuah keputusan finalsial yang sulit bagi pihak manajemen. Keputusan suatu perusahaan mengenai dividen terkadang diintegrasikan dengan keputusan pendanaan dan keputusan investasinya. Keputusan manajemen perusahaan menahan laba dengan pembagian dividen rendah mungkin disebabkan karena manajemen sangat concern tentang kelangsungan hidup perusahaan, melakukan penahanan laba (retained earning) untuk melakukan ekspansi atau membutuhkan kas untuk operasi perusahaan. 

Amalia (2011),
Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang sulit karena pihak perusahaan harus memutuskan apakah harus membagikan bagian keuntungan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen ataukah menahannya dan jika akan dibagikan sebagai dividen, berapa besar bagian keuntungan yang akan dibagikan sebagai dividen tersebut (galau lagi kan.. hee). Semakin tinggi dividen yang dibayarkan, maka investor / pemegang saham akan semakin diuntungkan tapi di sisi lain akan memperkecil laba ditahan, dan makin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan rendah untuk masa mendatang.

Brigham dan Houston (2001)
Jika perusahaan menaikkan DPR maka harga saham akan naik Hal ini dikarenakan kebijakan dividen dapat memberi kesan kepada para investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Arsanda (2011), tetapi sebaliknya jika dividen yang dibayarkan semakin kecil maka akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal finansial perusahaan semakin kuat karena semakin banyak jumlah laba yang ditahan.

Robert Ang (1997),
Investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena dengan stabilitas dividen tersebut dapat meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan, sehingga mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi.


Teori agensi,
 
Jika laba (profit) tidak dibagikan kepada pemegang saham, laba tersebut mungkin akan dialokasikan pada proyek-proyek yang kurang menguntungkan (unprofitable projects) sehingga menguntungkan manajemen perusahaan atau mungkin digunakan untuk keperluan personal. Dengan kata lain pemegang saham lebih menyukai dividen dari pada laba yang ditahan (retained earnings).

Teori signalling
Dividen dianggap sebagai signal bagi investor karena menggambarkan prospek perusahaan di masa mendatang. Dividen diasumsikan sebagai informasi yang didistribusikan secara asimetri antara manajer dan investor, dimana manajer memiliki informasi yang lebih besar daripada investor (memungkinkan para manajer untuk memanipulasi akrual.. bahaya eyy). Dividen yang dijadikan signal dan transmitter of information dapat membantu partisipan pasar untuk menilai kinerja perusahaan. Dividen sebagai signal bagi pihak luar mengindikasikan bahwa  kebijakan dividen mengandung banyak informasi bagi investor sehingga berpengaruh terhadap harga saham.Tetapi ada argumen lain yang lebih masuk akal yaitu dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan atau penurunan harga, tetapi prospek perusahaan yang ditunjukkan oleh meningkat atau menurunnya dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan harga saham (masuk akal juga).

Lintner (1956),
Perusahaan-perusahaan secara umum mengikuti proses yang adaptif dalam kebijaksaanan dividennya. Pihak perusahaan cenderung tidak menurunkan jumlah dividen yang dibayarkan. Bahkan mereka cenderung masih mendistribusikan dividen seperti pada periode-periode sebelumnya walaupun perusahaan tersebut mengalami penurunan laba bersih. Di samping itu pihak perusahaan cenderung meningkatkan dividen bila yakin terjadi peningkatan yang permanen atas laba bersihnya.

Atika Jauhari Hatta (2002),
Berkaitan dengan kebijakan deviden, terlihat bahwa terdapat beberapa pihak yang saling berbeda kepentingan, yaitu antara kepentingan pemegang saham, pemegang obligasi, dan pihak perusahaan itu sendiri. Besar kecilnya deviden yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan deviden dari masing-masing perusahaan, sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan.



Litzenberger dan Ramaswamy (1979),
Semakin tinggi dividend payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan semakin rendah. Hal ini didasarkan pada pemikiran jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif yang lebih rendah daripada pajak atas deviden, maka saham yang memiliki pertumbuhan yang tinggi akan menjadi lebih menarik dan lebih banyak diminati. Berkaitan dengan clientile effect, terdapat dua kelompok investor, yaitu investor yang lebih menyukai untuk memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk pembagian deviden, namun ada pula investor yang menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi. Dengan adanya dua kelompok tersebut, maka ada kecenderungan perusahaan untuk enggan melakukan perubahan kebijakan deviden. Hal ini disebabkan perubahan kebijakan deviden akan mengakibatkan beberapa investor akan menjual sahamnya, dan sebagai akibatnya harga saham akan mengalami penurunan.

Teori stakeholder Cornell dan Shapiro
Tingkat dari net operating income dari perusahaan dapat dipengaruhi oleh keputusan finansial, seperti rasio pembayaran deviden (deviden-payout ratio). Dengan kata lain kas yang seharusnya digunakan untuk investasi dan nantinya akan memperbesar net operating income perusahaan, akan menjadi berkurang jumlahnya jika digunakan untuk membayar deviden.

Brigham dan Gapenski (1999),
Setiap perubahan dalam kebijakan dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan. Apabila dividen akan dibayarkan semua kepentingan cadangan akan terabaikan. Sebaliknya jika laba ditahan semua maka kepentingan pemegang saham akan uang kas akan terabaikan juga.

Saxena (1999),
Isu tentang dividen sangat penting dengan berbagai alasan antara lain: Pertama, perusahaan menggunakan dividen sebagai cara untuk memperlihatkan kepada pihak luar atau calon investor sehubungan dengan stabilitas dan prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Kedua, dividen memegang peranan penting pada struktur permodalan perusahaan.

Dharmastuti, Stella, dan Eviyanti (2003),
Dalam menetapkan kebijakan dividen, seorang manager keuangan menganalisis sampai seberapa jauh pembelanjaan dari dalam perusahaan sendiri yang akan dilakukan oleh perusahaan dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini mengingat bahwa hasil operasi yang ditanamkan kembali dalam perusahaan sesungguhnya adalah dana pemilik perusahaan yang tidak dibagikan sebagai dividen. Oleh sebab itu, atas dasar pertimbangan antara risiko dan hasil, perlu diputuskan apakah lebih baik hasil operasi tersebut dibagikan saja sebagai dividen ataukah ditanamkan kembali dalam bentuk laba ditahan, yang merupakan sumber dana permanen yg perlu dipertimbangkan pemanfaatannya dalam perluasan & pengembangan usaha perusahaan.

Junaidi (2008), 
Meningkatnya jumlah dividen yang dibayarkan secara tunai akan mengakibatkan rendahnya kemampuan likuiditas perusahaan untuk membiayai operasi. Oleh karena itu diperlukan opsi lain pembayaran dividen dalam bentuk saham atau bentuk aktiva lainnya selain kas. 

Teori Residual
Menurut teori residual dividen, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham hanya jika perusahaan tersebut sudah tidak mempunyai kesempatan melakukan suatu investasi yang menguntungkan, dalam hal ini net present value yang positif.

Menurut Hanafi (2004)
Alasan lain pembayaran deviden adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan deviden, dan sekaligus dapat membuat senang pemegang saham (intinya pemegang saham suka klo ada pemasukan dari investasinya walopun kecil). 
(Akuisisi adalah bentuk pengambil alihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi sehingga mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih tersebut. Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dibanding dengan pihak yang diakuisisi.)

Menurut Damayanti dan Achyani (2006)
Pada umumnya para investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan return dalam bentuk dividen maupun capital gain. Di lain pihak, perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, yang sekaligus juga harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya. Selanjutnya dividen diterima pada saat ini akan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima di masa yang akan datang. Dengan demikian investor yang tidak bersedia berspekulasi akan lebih menyukai dividen daripada capital gain.

So kesimpulannya.. kebijakan dividen menjadi hal sangat penting bagi perusahaan. yah karna kebijakan dividen ini menjadi sinyal bagi investor mengenai kondisi perusahaan. Sehingga bagi manajer perusahaan maupun para investor perlu melakukan analisis terhadap kebijakan dividen dengan melihat dari rasio2 keuangan yang berpengaruh terhdp dividend policy. Dari skripsi yang saya buat, saya meneliti rasio PER dan PBV. En final resultnya bahwa rasio keuangan yang sangat berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio adalah PER yang mengandung informasi mengenai Earning per Share perusahaan. Gimana ga ngaruh coba. Perhitungan DPR aja dihitung dari dividend per share dibagi Earning per Share. Jelas ngaruh kan?? hehehe... jadi maksud hasil penelitian dalam skripsi saya itu, bahwa sesungguhnya.. dengan melihat EPS bisa bantu manajer perusahaan buat bikin keputusan kebijakan dividen (DPR) dan bantu investor untuk melihat kewajaran dividen yang dibagikan. Dengan melihat PER maka diketahui bahwa perusahaan memiliki EPS yang bagus atau mengalami peningkatan yang juga brarti perusahaan memiliki prospek yang bagus dimasa mendatang (as signalling theory),, so patut buat dipertahanin sahamnya. Sekian. Viss..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar